Senin, 25 Oktober 2010

Macam-macam alat penangkapan ikn

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat penagkapan ikan ini muncul di masyarakat primitif dengan bentuk tambak, panah, lembing, harpon, dan pancing yang terbuat dari batu, kulit kerang, talang, dan gigi binatang. Untuk menangkap ikan secara pasif di perairan dangkal, penghadang terbuat dari tanah atau batu, ranting serta kerei rotan dan terowongan dibangun. Kemudian ikan ditangkap di dalam batang kayu yang berlubang, perangkap dari tanah liat dan keranjang. Penangkapan yang lebih aktif dilakukan dengan lembing, sumpitan, penjepit, dan alat penggaruk bersamaan dengan pancing.
Sejak permintaan dunia akan sumber protein hewani khususnya ikan meningkat, upaya untuk meningkatkan kemampuan tangkap alat penangkapan ikan terus diupayakan, baik dari sisi teknologi bahan alat penangkapan ikan, metode penangkapan ikan, maupun teknologi alat bantu penangkapan ikannya. Kompetisi yang makin tinggi antar nelayan penangkap ikan mendorong nelayan untuk mengoperasikan alat tangkap yang lebih efektif dan efisien. Untuk memperpanjang masa pengoperasian alat tangkap, bahan alat tangkap yang semula dibuat dari bahan alami dan mudah rusak diganti dengan bahan yang dibuat dari fiber sintetik modern yang bersifat non-biodegradable.
Menurut Panduan Kegiatan Terbaik mengenai Standar Inti bagi Pengumpulan, Penangkapan dan Penyimpanan Ikan tahun 2001, pengelolaan perikanan adalah suatu proses terpadu yang mencakup setiap aspek penangkapan ikan. Proses tersebut meliput kegiatan yang berawal dari pengumpulan dan analisis informasi, perencanaan, pengambilan keputusan,pemanfaatan sumberdaya, dan perumusan tindakan penegakan peraturan di bidang pengelolaan perikanan. Tindakan penegakan ini dilaksanakan oleh pihak yang berwenang sehingga dapat mengendalikan perilaku pihak yang berkepentingan. Hal ini ditujukan bagi terjaminnya kelangsungan produktivitas perikanan dan kesejahteraan sumberdaya alam hayati di wilayah pesisir dan laut.

I.II Tujuan



I. TRAWL

I.I Pukat Udang (BED Equipped Shrimp Net)
BED singkatan By-catch Excluder Device, tidak lain adalah jaring trawl yang telah mengalami modifikasi sedemikian rupa yaitu dengan menambahkan (menempatkan) bingkai jeruji pada bagian papan atau bagian perut antara badan (body) dan kantong (baca: cod end) yang fungsinya untuk meloloskan atau menyaring hasil tangkapan.
Pukat udang pada prinsipnya terdiri dari bagian kantong (cod end), badan (body), sayap (wing), sewakan (otter board) dan tali-tarik (warp). Desain pukat udang pada prinsipnya adalah sama dengan pukat harimau atau jaring trawl lainnya., tetapi pada pukat udang ini dilengkapi dengan BED seperti telah dikemukakan.
Pukat udang ini dioperasikan dengan ditarik menelusuri dasar perairan oleh kapal berukuran 100 GT atau lebih dengan anak buah (crew) lebih dari 10 orang. Lama penarikan antara 1-2 jam tergantung keadaan daerah penangkapan (trawl ground). Daerah penangkapan dipilih yang permukaannya rata, berdasar lumpur atau lumpur-pasir. Operasi penangkapan dilakukan baik pada siang maupun malam hari, tergantung keadaan. Daerah operasinya ialah Indonesia Timur di sekitar Papua dan Maluku.
Hasil tangkapan utama dari pukat udang ini adalah udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp).





I.II Trawl Udang Ganda (Double-rigged Shrimp Trawls)
Trawl udang ganda adalah otter trawl yang dalam operasi penangkapannya menggunakan dua bua unit jaring sekaligus. Dengan penggunaan trawl udang ganda ini terutama berpengaruh terhadap luas liputan area penangkapan. Dengan demikian diharapkan hasil tangkapannya menjadi berlipat ganda dibanding bila hanya menggunakan satu jaring. Daerah Penangkapan trawl ini berada perairan Papua (Laut Arafura) dan sebagian perairan Maluku (sekitar Kep. Aru). Panjang jaring sekitar 33 m. Sedang papan trawl (otter board) berukuran 1,8 m panjang dan 1,4 m lebar, berat 500-562 kg/buah. Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal berukuran 300 GT, kekuatan 700 PK/HP. Mengenai tonase kapal yang dipakai ini bervariasi tergantung besar kecilnya jaring yang digunakan. Kapal untuk trawl udang ganda ini dilengkapi dengan dua derek (outriggers) yang dipasang pada kanan-kiri dari lambung kapal. Dalam keadaan operasi dengan keadaan derek yang telah dipasang terlihat seakan-akan seperti sayap. Hasil tangkapan utamanya ialah Udang jerbung (Penaeus merguensis), U. windu (P. monodon), U. dogol (Metapenaeus ensis), U. krosok (Para penaeopsis spp.).
I.III Pukat Harimau (Cungking Trawl)
Pukat harimau atau lebih dikenal Cungking Trawl adalah termasuk otter trawl kecil atau dikatakan Mini Otter Trawl. Pukat harimau adalah tipe shrimp trawl, berbentuk bulat panjang dengan sayap pendek. Jaring trawl ini dapat digolongkan tipe Meksiko.
Bahan jaring yang dipakai sintetik fibre (Polyethylene). Pelampungnya dari bahan plastik, berbentuk bulat dan mengecil pada kedua ujungnya. Kapal yang umumnya digunakan berbobot 15 ton (25 PK). Papan trawl berukuran 1,33 m panjang, 0,57 m lebar dan tebal 2,5 cm, berat 27 kg/buah. Jaring trawl yang dipakai berukuran panjang sekitar 12-18 m. Bentuk kapal Cungkring trawl ini dibuat sedemikian rupa dengan luas relatif datar. Gerakannya sangat lincah, dapat menelusuri sampai perairan yang relatif dangkal sekali. Hasil Tangkapan utamanya adalah ikan (utama) dan udang (sampingan)


II. PURSE SEINE ATAU PUKAT CINCIN
Pukat cincin adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di bagian bawahnya dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan. Cara operasinya adalah dengan melingkarkan jaring ini mengurung gerombolan ikan. Setelah ikan terkurung bagian bawah jaring ditutup dengan menarik tali yang dilewatkan pada cincin-cincin di bagian bawah jaring. Ikan- ikan yang dapat ditangkap adalah ikan tuna ,ikan layang, kembung, selar, lemuru, cakalang, dan tongkol.
(www.pipp,dkp.go.id).













Ilustrasi cara penangkapan ikan dengan kapal purse seine

III. LIFT NETS
Lift nets atau jaring angkat adalah suatu alat perangkap yang cara pengoperasiannya dengan menurunkan dan mengangkat secara vertikal atau kurang lebih demikian. Biasanya digunakan untuk penangkapan skala kecil. Ada yang menggunakan bantuan lampu untuk menarik beberapa jenis ikan. Jenis lift nets yang paling sering digunakan ialah bagan, berikut ini adalah penjelasan untuk beberapa jenis bagan yang ada.

III.I Bagan Tancap atau Stationary Lift Net
Bagan yang terbuat dari bambu dan dipasang dengan ditancapkan pada dasar perairan sehingga sulit untuk dipindahkan.



III.II Bagan perahu/rakit atau Boat/raft lift net
Bagan yang umumnya terbuat dari bambu dan dipasang diatas rakit atau perahu untuk memudahkan memindahkannya saat mencari lokasi penangkapan baru.

IV. GILL NETS


Gill net adalah alat tangkap berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas-bawah (kadang tanpa ris bawah : sebagian dari jarring udang barong).
Besar mata jarring bervariasi disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap (ikan, udang). Ikan yang tertangkap itu karena terjerat (giilned) pada bagian belakang lubang penutup insang (operculum) terbelit atau terpuntal (entangled) pada mata jarring yang terdiri dari satu lapis (gill net), dua lapis maupun tiga lapis (jarring kantong/ciker/tilek).
Dilihat dari cara pengoperasiannya alat tangkap ini bisa dihanyutkan (drift gill net), di labuh (set gill net), dan dilingkar (encircling gill net).
Macam-macam jarring insang (gill net) :

IV.I Jaring insang hanyut (drift gill net)
Jarring insang hanyut dihanyutkan mengikuti arah atau searah dengan jalannya arus. Pengoperasiannya dapat dilakukan baik didasar (contoh: jarring rampus) maupun dibawah lapisan permukaan air ( jarring kambang)
IV.II Jaring insang labuh (set gill net)
Pengoperasiannya bisa dilabuh di dasar, lapisan tengah maupun di bawah lapisan atas tergantung dari atau dapat di atur melalui tali yang menghubungkan pelampung dengan pemberat.
IV.III Jaring insang karang ( coral reef gill net)
Digunakan untuk menangkap udang karang. (udang barong, spiny lobster)
IV.IV Jaring insang lingkar
Jaring insang yang karena cara pengoperasiannya ia dilingkarkan pada sasaran tertentu yaitu kawanan ikan yang sebelumnya dikumpulkan melalui alat Bantu sinar lampu.
IV.V Jaring tiga lapis (trammnel net)
Terdiri dari tiga lapis, yaitu dua lapis yang diluar mempunyai mata lebih besar sedang lembaran jarring yang di tengah matanya lebih kecil dan di pasang agak longgar. Pengoperasiannya dapat di labuh di dasar maupun di hanyutkan.

V. PANCING (HOOK AND LINE)

Pancing ialah alat tangkap ikan yang terdiri dari dua komponen utama yaitu tali (line) dan kail (hook). Ada bberapa macam alat tangkap yang digolongkan ke dalam kelompok ini, seperti berbagai macam rawai, huhate, dll.




V.I Rawai Tuna atau Tuna Longline
Rawai tuna atau longline tuna adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah alat pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu tuna longliner biasnya mengoperasikan 1000-2000 mata pancing untuk sekali turun.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan, sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Umpan longline harus bersifat attraktif, misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tuang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai pemikat ikan, contoh umpannya ialah ikan lemuru, layang, dan bandeng.

V.II Huhate atau Pool and Line
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Tak heran jika alat ini sering disebut "pancing cakalang". Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif. Kapal akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal, lalu diadakan pemancingan.
Terdapat beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.
Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing.Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemaneing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap.Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal. Sedangkan pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus spp.)

VI. ALAT TANGKAP PERANGKAP DAN PENGHADANG
Perangkap dan penghadang adalah suatu alat penangkap yang dibuat berupa suatu jebakan.

VI.I Set Net

Alat ini dipasang secara temporer (sementara), semi temporer dan tetap yang dapat dipasang didasar laut atau diapungkan, dimana ikan-ikan laut tertangkap dengan masuk kedalam perangkap. Ikan-ikan diarahkan dan digiring kedalam pengumpul/kantong yang menyulitkan ikan keluar. Karena bentuk alat yang berlaku atau adanya alat pencegah seperti ijeb-ijeb atau corong.
Pengambilan hasil tangkapan set net dilakukan oleh satu atau beberapa nelayan. Nelayan tersebut bertugas untuk mengambil ikan dan mendistribusikan hasil tangkapan. Sedangkan perahu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan set net biasanya menggunakan perahu jenis sampan atau perahu dayung. Untuk melakukan pengambilan hasil tankapan set net memerlukan alat bantuan tambahan yaitu dengan menggunakan serok (scoop net).
Set net merupakan alat tangkap yang bahan utama pembentuknya terbuat dari jaring. Adapun bagian-bagian dari set net adalah penaju/penggiring yang berada di bagian paling luar dari set net penajur berfungsi sebagai tempat pengarah ikan untuk masuk ke dalam set net, penaju juga terbuat dari jaring yang terbuat dari polyamide.
Selain itu terdapat badan jaring dan ruang bunuh, badan jaring merupakan saluran yang menghubungkan antara penaju dan ruang bunuh, sedangkan ruang bunuh itu merupakan tempat dimana ikan-ikan yang telah masuk kedalamnya sudah tidak mungkin untuk kembali lagi. Adapun bagian-bagian yang tak kalah penting untuk menegakkan set net adalah bambu, tali pengikat patok/jangkar, pelampung, dan pemberat.
Set net dioperasikan di daerah perairan dangkal dan perairan dalam, tapi jika pemasangan set net dioperasikan dengan sistem tiang (on stake) maka set net dioperasikan pada perairan dengan kedalaman kurang dari 10 m. Hasil tangkapan dari set net yaitu (Trichiurus savala), Pari ayam (Dasyatis sephen), Tongkol (Euthynnus sp), Tenggiri (Scomberomorus sp), Ikan Cendro (Tylosurus sp) , Selar kuning (Selaroides sp), Tembang (Sardinella fumbriata), Teri (Stolephrus commersonii), Cumi-cumi (Loligo sp).

VI.II Sero atau Guiding Barrier

Sero itu alat penangkap ikan yang berupa pagar dari pancang yang dipasang di tepi laut. Diberi pintu seperti bubu namun tidak diberi jaring, sedangkan untuk pengambilan ikan dilakukan alat tambahan yaitu dengan serok. Panjang pemasangan sero biasanya paling pendek sampai 50 meter jaraknya, dan paling panjang 100 meter dari pantai. Bahannya terbuat dari batang sejenis rotan, yang di dalamnya berisi dan mempunyai kulit yang keras, serta ada yang terbuat dari bambu. Bambu dipilih karena sifatnya yang semakin kuat bila didalam air serta mudah didapat dan harganya murah. Bangunan sero terdiri atas tiga ruang utama yaitu bunuhan-masuk, yaitu tempat masuknya ikan yang lalu lalang agar mengikuti pagar yang memanjang lurus (penaju). Bunuhan-tengah, dan terakhir adalah bunuhan-mati. Bila ikan yang terperangkap telah sampai pada ruang bunuhan mati maka ikan tidak dapat untuk kembali lagi dan hanya menunggu untuk diambil oleh pemilik sero. Dalam menggunakan alat ini perahu/kapal yang digunakan bertujuan untuk mengangkut hasil tangkapan, sedangkan nelayan yang beroperasi untuk satu sero cukup dikendalikan oleh 2 - 5 orang. Daerah penangkapan ikan dengan sero adalah di daeah tepi pantai atau di daerah perairan dangkal. Ikan yang menjadi sasaran dari sero adalah ikan yang beruaya secara horizontal (mendatar). Hasil tangkapan dengan sero kebanyakan adalah ikan pelagis seperti cucut Slendang (Prionace Glaucu),Gulamah/Samgeh (Croackers/Drums),Ikan Pedang (Sword fish),Udang jarak (Grey-blue, Spotted legs SL).
VI.III Jodang
Jodang terbuat dari jaring dengan ukuran yang berbeda, bagian atas jaringnya lebih kecil dan halus sedangkan bagian bawah lebih kasar dan mesh size nya lebih besar. Rangka jodang terbuat dari besi dan kawat yang bagian atasnya dihubungkan dengan tali untuk memudahkan pengoperasian. Nelayan dapat menggunakan perahu ataupun kapal untuk membawa jodang ke fishing ground baik secara individu maupun berkelompok sesuai dengan jumlah jodang yang akan dioperasikan. Jodang dapat dioperasikan didaerah yang banyak terdapat kerang. Biasanya diperairan yang dangkal atau pada perairan yang dasarnya berlumpur / berpasir. Jodang juga dioperasikan didaerah pantai yang memang terdapat banyak kerang. Jodang banyak digunakan untuk menangkap kerang, kepiting, dan siput.

VI.IV Togo Concong Luar
Alat tangkap ini bersifat pasif, dan alat tangkap ini dapat dibuat semi permanen, permanen dan secara temporer dengan dipasang (ditanam) di dasar laut. Perangkap yang menggunakan bantuan arus pasang surut ini banyak digunakan oleh nelayan-nelayan di Sumatera bagian Timur, dikarenakan adanya perbedaan pasang dan surut yang tinggi (4 - 6 m).
Perahu pada alat ini tidak digunakan sebagai penarik melainkan sebagai alat transportasi bagi nelayan untuk mengambil hasil tangkapan. Dalam pengoperasiannya togo concong luar menggunakan 2 - 3 orang nelayan. Togo concong luar terbuat dari bambu atau besi yang dipergunakan sebagai penajur, sedangkan untuk bagian kantong digunakan jaring yang terbuat dari bahan polyamide. Adapun alat ini terbagi menjadi dua bagian utama yaitu, penajur dan jaring berkantong sebanyak 2 buah.
Penajur seperti yang telah dijelaskan di atas terbuat dari bambu atau besi yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk barisan yang rapat berbentuk 2 huruf "V" yang saling berlawanan dan muaranya adalah jaring berkantong. Sedangkan untuk jaring sendiri terbagi menjadi beberapa bagian seperti tali ris atas dan tali ris bawah serta kantong yang terbentuk di belakang jaring dengan cara mengikat bagian ujung jaring, dan untuk mempermudah pengangkatan digunakan semacam ring di bagian ujung tali ris.
Togo concong luar merupakan alat penangkapan yang membutuhkan arus pasang surut, sehingga ia lebih banyak ditempatkan di daerah pasang surut dan perairan dangkal. Topografi dasar perairan yang digunakan umumnya terdiri atas lumpur sehingga memberi kemudahan dalam penanaman tiang-tiang pancang.
Alat ini menggantungkan hasil tangkapan kepada arus pasang surut, Sehingga hasilnya cukup banyak. Hasil tangkapan dari alat ini adalah ikan-ikan yang berada pada daerah sekitar pantai, seperti belanak (Mugil sp), bulu ayam (Engraulis spp), udang kembung (Panaeus sp). Dan juga ikan-ikan yang beruaya secara horizontal seperti ikan-ikan pelagis.
VI.V Bubu
Bubu merupakan alat tangkap yang umum dikenal di kalangan nelayan. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu ( Bamboo’s splitting or-screen ). Secara garis besar bubu terdiri dari bagian-bagian badan( body ), mulut ( funnel ), atau ijeb, pintu.
Badan berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu ( funnel ) berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar pintu bubu merupakan bagian yaitu tempat pengambilan hasil tangkapan. Ikan dapat masuk dengan mudah tanpa adanya paksaan, tetapi ikan tersebut akan sukar keluar karena terhadang pintu masuknya yang berbentuk corong (non - return device).
Daerah pengoperasian bubu (fishing ground) biasanya adalah di dasar perairan khususnya daerah karang. Pada daerah ini biasanya terdapat ikan-ikan karang yang tidak dijumpai pada daerah lain. Selain di daerah karang, bubu lipat juga dapat dioperasikan didasar perairan yang berpasir/berlumpur karena biasanya
udang bersembunyi dibalik sampah yang terbenam di dasar perairan
Bubu sendiri mempunyai jenis dan bentuk yang sangat beraneka ragam. Jika kita lihat berdasarkan pada bentuknya, maka bubu dapat kita bedakan menjadi :
• Berbentuk sangkar (cages)
• Berbentuk silinder (cylindrical)
• Berbentuk gendang
• Berbentuk segi tiga atau persegi panjang
• Berbentuk segi banyak
• Berbentuk bulat ½ lingkaran


VI.V.I Bubu Lipat
Dari bentuknya maka bubu lipat dapat kita masukkan ke dalam kelompok bubu dengan bentuk persegi panjang (kotak/keranjang). Bubu ini sendiri terbuat dari bambu, rotan, bilah besi, kawat anyam atau dari jaring. Sama seperti bentuk bubu lainnya, bagian-bagian dari bubu lipat tidak jauh berbeda yang terdiri dari:
Biasanya nelayan menggunakan perahu kecil sebagai sarana untuk membawa bubu ke daerah penangkapan yang dikehendaki oleh si nelayan. Jumlah bubu yang akan dioperasikan biasanya tergantung pada banyaknya nelayan yang mengoperasikannya.
Nelayan menggunakan perahu untuk membawa bubu lipat ke daerah penangkapan, kemudian menurunkan bubu ke dasar perairan dari atas perahu dengan menggunakan tali atau mesin penggulung yang telah kita siapkan. Dengan demikian perahu merupakan salah satu sarana yang sangat mempengaruhi dalam pengoperasian bubu lipat ini. Bubu lipat diikat dengan tali yang dihubungkan dengan pelampung tanda yang berfungsi sebagai tanda posisinya sehingga memudahkan saat pengambilan bubu. Nelayan biasanya menggunakan umpan agar udang ataupun ikan terpancing untuk masuk ke dalam perangkap. Setelah bubu ditempatkan di posisinya, maka nelayan akan kembali ke pantai. Nelayan akan kembali ke tempat pemasangan perangkap setelah waktu yang dirasa cukup. Kemudian bubu diangkat ke atas perahu, adakalanya nelayan mengambil hasil tangkapan dari dalam bubu setelah sampai di pantai. Hasil tangkapan diambil dengan cara membuka pintu bubu yang terletak di atas.
Bubu lipat digunakan untuk menangkap lobster dan kepiting. Namun terkadang sering juga digunakan untuk menangkap ikan kwe (Caranx sp), baronang (Siganus javus), kerapu (Epinephelus sp), kakap (Lutjanus sp), kakatua (Scarus sp), ekor kuning (Caesio sp), kaji (Diagrama sp), contoh udang misalnya udang (Panaeid) dan udang barong.

VI.V.II Bubu Dasar ( Stationary Fish Pots )

Ukuran bubu dasar bervariasi menurut basar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan untuk bubu kecil umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, dan tinggi antara 25-30 cm.Untuk bubu ukuran besar dapat mencapai umuran 3,5 m pamjang 2m lebardan 75-100cm.
Dalam operasional penangkapannya bias tunggal ( umumnya bubu ukuran besar ), bias ganda ( umumnya untuk bubu ukuran kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Tem[pat pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Untuk memudahkan mengetahui tempat-tempat dimana bhubu dipasang, maka dilengkapi dengan pelampung melalui tali panjang yang dihubungkan dengan bubu tersebut. Pengambilan hasl tangjkapan dilakukan 2-3 hari setelah bubu dipasang, kadang bahkan be erapa hari setelah dipasang.
Hasil tangkapan dengan bubu umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan udang kualitas baik seperti Kwe ( Caranx spp ), Bronang ( Siganus spp ), Krapu, kakap, kakatua, ekor kuning, ikan kaji, lencam, udang paneid, udag barong, dan lain-lainnya.

VI.V.III BUBU APOLO

Alat pengkapan ini sama dengan bubu ambai, bedanya ia mempunyai dua kantong dan dikhususkan menangkap udang rebon. Bahan jarring dibuat dari benag nilon halus yang terdiri dari bagian-bagian: mulut, badan, kaki dan kantong. Panjang jarring seluruhnya mencapai 11 meter. Mulut jarring nerbentuk empat persegi atau kurang lebuh demikian dengan lekukan pada bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m, dan lebar 0,60 m. Pada ujung kaki ini terdapat mestak yang selanjutmya diikuti oleh adnya dua kantong yang panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m.

Dalam pengoperasiaanya dapat dlakukan baik pada siang maupun malam hari pada waktu air pasang maupun surut. Pengoperasian bubu apolo ini diperlukan 2-3 orang. Tempat dimana dilakukan pengoperasian, yaitu antara 1-2 mil dari pantai di sekitar Pulau Halang. Penggunaan perahu hanya sebagai alat transport, biasanya berkekuatan 7-22 PK, 2-7 GT.

VI.V.IV BUBU AMBAI

Juga dusebut “ambai benar”, “bubu tiang”. Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang seluruhnya 7-7,5 m. Bahan jarring terbuat dari nilon polyfilament. Mulut jarring, ada yang berbentuk bulat, tapi ada juga yang berbentuk empatpersegi berukuran kecil, panjang seluruhnya antara 7-7,5 m. Bahan jarring

VI.V.V Bubu apung ( Floating Fish Pots )

Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bubu apung ini dilengkapi dengan pelampung dari bamboo atau rakit bamboo yang penggunaannya diatur sedemikian rupa yaitu ada yang diletakkan tepat di bgian atasnya atau kurang lebih demikian. Sementara itu, kadang-kadang digantungkan pada rakit bamboo. Panjang tali untuk melabuh tersebut yatu yang dihubungkan dengan tali disesuaikan dengan kedalaman air, tetapi biasanya
VII. MUROAMI
Berupa jaring kantong yang pada operasi penangkapannya dibantu oleh alat penggiring sekumpulan ikan yang dioperasikan beberapa orang (perenang) agar ikan memasuki jaring.



VIII. TOMBAK DAN HARPOON
Merupakan alat tangkap ikan aktif. Tombak telah digunakan oleh manusia untuk menangkap ikan sejak dahulu kala. Tombak terdiri dari gagang tombak dan mata tombak, cara penggunaanya dengan melemparnya dengan mata tombak menghadap ke arah ikan yang hendak diburu.
Harpoon tidak jauh berbeda dengan tombak, hanya saja harpoon bertali. Harpoon ada yang dilempar secara manual oleh manusia, ada juga yang menggunakan alat pelontar untuk memperkuat lontaran yang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar